Sholat witir biasa dilakukan untuk menutup sholat pada malam hari. Misalnya saja kita melakukan sholat isya’ kemudian kita mau sholat malam misalnya sholat tahajud maka sebaiknya jangan witir dahulu sebab akan melakukan sholat lagi. Seandainya nanti takut tidak bisa bangun sholat tahajud, berarti kan ketingglan sholat witir. Kalau ada kekhawatiran itu maka kita bisa sholat witir dan kemudian melakukan sholat tahajud dan witir lagi juga tidak apa-apa. Katanya tidak ada 2 witir dalam satu malam ( syarah syarqowi : 290) diterangkan disitu bahwa misalnya kita sudah niat untuk melakukan sholat witir 3 rekaat misanya kemudian kita ingin menyempurnakan menjadi 11 rekaat, maka kita tidak boleh menambahinya lagi saat itu.Sholat witir ini memang biasa digunakan untuk menutup sholat pada malam hari tidak terkecuali setelah Sholat Tarawih juga bisa diakhiri dengan sholat witir.
Jumlah Rakaat Sholat witir berapa dan Waktunya?
Mengenai waktunya setelah sholat isya’ walau itu dilakukan pada jama’ taqdim, maksudnya adalah yang namanya jamak taqdim waktu isya’ dikerjakan pada waktu sholat magrib, artinya waktunya kan masih magrib, namun tetap bisa melaksanakan sholat witir. Sholat witir boleh dilakukan hanya 1 rekaat, boleh 3 rekaat, boleh 5 rekaat, boleh 7 rekaat, boleh 9 rekaat, dan maksimal 11 rekaat. Mana yang kita sukai.
Bagaimana jika witir 3 rakaat dilakukan langsung tanpa salam, boleh saja, dan tidak diperkenankan lebih dari 2 tasyahud. Jadi setiap 2 rekaat boleh salam namun bukan tasyahud akhir. Jadi misal 5 rakaat, 2 rekaat, 2 rekaat kemudian 1 rekaat dengan tasyahud akhir.
Surah apa yang sebaiknya dibaca pada saat sholat witir?
Masih dalam sarah syarqowi diterangkan bahwa mengenai surah yang dipakai misalnya 3 rekaat, maka pada rekaat pertama setelah baca surah fatihah diikuti dengan bacaan sabbihisma robbikal a’laa sampai akhir, kemudian pada rekaat kedua setelah surah fatihah membaca qul yaa ayyuhal kaafiruun sampai akhir surah, dan pada rekaat terakhir membaca surat Al-Ihlas (qul huwallohu ahad) dan Surah muawidzatain (qul a’uudzu birobbil falaq sampai akhir dan qul a’uudzu birobbinnas sampai akhir surah)
Refferensi : syech Abdulloh bin Hijaazi bin Ibrahim As-syafii al Asyhari, Hasyiyah Syarqowi, daarul fikr, Beirut, 2006, Hal : 289 - 290
Komentar anda sangat berharga bagi blog ini... Terima Kasih atas komentar dan kunjungannya...