PAK VINDRA | Berteman
dengan siapapun pastinya akan menambah keceriaan dalam hidup kita karena ada
tempat berbagi dan bercerita. Namun demikian memilih teman harus benar-benar
selektif tidak boleh asal ambil teman. Namun teman yang baik adalah teman yang
mengerti akan kehidupan kita. Teman yang perduli dengan perasaan kita. Teman
seharusnya senantiasa memberikan kenyamanan dalam hidup, tidak hanya kasih
sayang, namun juga perhatian yang luar biasa.
Nilai positif berteman dengan orang bodoh
Namun jika
dihadapkan dengan pilihan, mana yang akan kalian pergauli tipe teman berikut
ini, apakah memilih teman yang bodoh atau memilih teman yang pandai. Jawabanya
pasti akan bervariasi dan banyak interpretasi. Ada yang mengatakan lebih baik
berteman dengan yang bodoh. Alasan positifnya adalah, berteman dengan yang
bodoh, berarti kita bisa memanfaatkan ilmu kita untuk kita tularkan pada
mereka, dengan metode yang terkesan tidak menggurui. Mereka yang bodoh adalah
aset kita untuk manfaat ilmu yang kita miliki. Kita dihadirkan oleh ALLah untuk
mereka, agar mereka bisa seperti kita. Pertanyaannya adalah apakah kita
memiliki kapabilitas untuk mengamalkan ilmu kita. Tentunya yang kita bidik
disini adalah ilmu agama. Artinya, apakah kita sudah mumpuni terhadap ilmu
agama yang kita miliki? Jika tidak, lantas apa manfaat kita? Maka situasi
seperti yang terurai diatas hanya cocok pada siapa saja yang memang telah
belajar banyak tentang ilmu agama dan menularkannya. Dengan kata lain cocok
bagi yang sudah pintar tentang agama.
Nilai positif berteman dengan orang yang pandai
Berteman
dengan orang yang pandai apakah ada masalah? Keinginan seseorang berteman
dengan siapapun tentunya ada manfaat yang ingin didapat. Berteman dengan orang
pandai, nilai positif yang bisa diambil adalah kita akan mendapatkan ilmu ilmu
baru dalam agama. Contoh saja, kita berteman dengan para kyai dan para santri,
kalau kita mampu memanfaatkannya maka ilmu kita setiap saat bisa bertambah
karena solusi selalu didapat dari orang yang pandai tersebut. Secara otomatis
kita bisa mendapakan ilmu yang mereka miliki. Asalkan kita mau bertanya dan
berkomunikasi, maka kita akan mendapatkan banyak ilmu. Situasi ini sangat cocok
bagi orang yang sedang belajar agama.
Kalau ada nilai positif berarti ada nilai negatif
Secara
spesifik kami tidak bisa menguraikan secara rinci keburukannya, sebab disini
hanya memberikan informasi mengenai kasus tertentu yang sebaiknya dihindari.
Baiklah akan kami uraikan mengenai berteman dengan orang bodoh atau
orang pintar.
Perhatikan maqolah yang diungkapkan oleh Syech Ibnu Atthoillah berikut ini:
وَلَأَنْ تَصْحَبَ جَاهِلًا لَا يَرْضٰى
عَنْ نَفْسِهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أنْ تَصْحَبَ عَالِمًا يَرْضٰى عَنْ نَفْسِهِ.
فَأَيُّ عِلْمٍ لِعَالِمٍ يَرْضٰى عَنْ
نَفْسِهِ وَأَيُّ جَهْلٍ لِجَاهِلٍ لَا يَرْضٰى عَنْ نَفْسِهِ.
Artinya : Engkau bersahabat dengan orang bodoh tetapi tidak mengikuti hawa
nafsunya, lebih baik bagi kamu daripada engkau bersahabat dengan orang alim,
tetapi suka mengikuti hawa nafsunya.
Tak mungkin ilmu itu dimiliki orang alim, apabila ia menyenangi hawa
nafsunya, dan dimana letak kebodohan orang bodoh yang tidak menuruti nafsunya.
Penyebab Keburukan Berteman dengan Orang ALim
Ternyata yang menjadi keburukan dalam hal ini adalah hawa nafsu. Memang
yang paling sombong biasanya adalah orang alim karena keilmuannya. Namun apakah
benar ia dikatakan orang alim sedangkan dia berperilaku sombong, tidak memiliki
akhlaq yang baik. Apakah orang seperti ini perlu kita jadikan teman? Tentu
jawabannya adalah tidak. Lebih baik berkawan dengan orang bodoh yang memiliki
akhlaqul karimah.
Nabi Muhammad memberikan ilustrasi dan ibarat yang bisa saya simpulkan
demikian, jika dekat dengan tukang besi maka kita akan terkena asap dan
mengenai tenggorokan sehingga membuat pernafasan kita sesak, namun jika dekat
dengan penjual minyak maka kita akan ikut menghirup wanginya.
Lebih baik lagi bisa bergaul dengan orang alim yang menjaga kesholehannya.
Berkawan dengan orang alim yang memiliki sopan santun, serta tutur kata yang
lembut akan membawa kita pada wanginya kesholehan yang ditebarkannya.
Apa yang harus Kita Waspadai?
Maka kita semua harus waspada jika bergaul dengan siapapun. Jangan sampai
pergaulan kita menghambat perjalan kita menuju makrifat dan kesholehan serta
keihsanan. Jika kita mampu menempatkan diri dalam pergaulan yang baik maka
tidak akan mempengaruhi perjalanan menuju maqam makrifat. Jika demikian kita
memiliki kita akan diberikan kekuatan oleh Allah subhanahu wata’ala dengan do’a,
dzikir, dan sedekah mendampingi ibadah wajib lainnya.
Untuk mendapatkan ridlo Allah Subhanahu Wata’ala dunia akherat, maka
hendaklah seorang hamba harus melakukan riyadlah dan mujahadah terus menerus
sehingga dapat mencapai maqam makrifat yang sejati. Semoga kita selalu diberi
kekuatan oleh Allah Subhanahu Wata’ala agar benar-benar bisa dekat dengan-NYA
amin.
Source : Hikam (Ibnu At-Thoillah)
1 komentar:
Assalamualaikum pak ustadz maqro untuk acara pembagian raport Mts?